Sukses

BNPT: Perempuan dan Gen-Z Rentan Terpapar Terorisme Melalui Medsos

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia bersama Kedutaan Amerika Serikat (US Embassy) menggelar forum diskusi publik bertajuk 'Joint Synergy to Eradicate Terrorism: Narasi Gen Z “Saring Sebelum Sharing” di pusat kebudayaan @america, Jakarta, Rabu (24/5/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Kedutaan Amerika Serikat (US Embassy) menggelar forum diskusi publik bertajuk 'Joint Synergy to Eradicate Terrorism: Narasi Gen Z “Saring Sebelum Sharing” di pusat kebudayaan @america, Jakarta, Rabu (24/5/2023).

"Perempuan generasi muda dan aktif di internet mencatat indeks potensi radikalisme lebih tinggi sehingga rentan terpapar narasi radikal,” ujar Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Andhika Chrisnayudhanto.

Ia menambahkan, generasi Z merupakan salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan terpapar paham radikal terorisme. Sebab mereka merupakan kelompok yang paling sering bersentuhan dengan platform media sosial.

Generasi Z adalah istilah yang dicetuskan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall merujuk pada generasi yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang.

Pada kesempatan tersebut, Andhika Chrisnayudhanto juga memaparkan peran BNPT dalam Penanggulangan pendanaan terorisme, kebijakan, hukum, regulasi, dan upaya yang dilakukan oleh BNPT dalam pencegahan pendanaan terorisme. Juga peran BNPT berkoordinasi antar lembaga pemerintah baik internasional maupun nasional dalam penanggulangan pendanaan terorisme baik dalam pencegahan maupun penindakan.

Hadir sebagai pembicara, Noor Huda Ismail penulis sekaligus pendiri Ruangobrol.id yang membahas mengenai kondisi literasi digital dalam isu terorisme di Indonesia dan kerentanan masyarakat terhadap narasi terorisme, peralihan dakwah dari JI ke Neo JI, perkembangan narasi terorisme di Indonesia dari masa ke masa, keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek pendanaan terorisme, serta membahas kerentanan bias masyarakat terhadap pendanaan terorisme dan kurangnya literasi digital, khususnya terkait pendanaan terorisme.

Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta,Nasaruddin Umar, menyampaikan ber”Islam” ala GenZ. Ia menyampaikan pedoman apa yang harus dimiliki Gen Z dalam melakukan “Saring sebelum Sharing” (dari sisi agama Tabayun).

Nasaruddin Umar juga menyampaikan juga pandangan mengenai narasi, opini dan praktek beragama, khususnya ber-Islam ala Gen Z.

2 dari 3 halaman

Peran DPR dalam Pencegahan Terorisme

Pada acara tersebut, hadir juga anggota Komisi III DPR RI, M. Nasir Djamil yang menyampaikan peran Komisi III DPR RI dalam Penanggulangan Terorisme di Indonesia.

"Komisi III bersinergi dengan mitra kerja BNPT dalam pencegahan pendanaan teroris, dan mendorong peran lembaga legislatif dalam penanganan serta perlindungan korban terorisme. Terpenting, adalah proses reintegrasi eks terpidanan terorisme ke masyarakat," ujarnya.

Ia juga menyampaikan bagaimana pemberantasan terorisme di Indonesia menurut KUHP baru yang dinilai lebih mengedepankan upaya preventif dan mencegah tindakan represif.

"Sebab dalam UU ini juga mengatur ketentuan soal pendanaan terorisme dan memaparkan rencana lembaga legislatif dalam upaya pencegahan dan penanganan terorisme di Indonesia, penanganan korban terorisme dan reintegrasi ex-napiter ke masyarakat kedepannya," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Sinergi AWR strategic Partnership Powered bersama Pemangku Kebijakan

Kegiatan bertajuk 'Joint Synergy to Eradicate Terrorism: Narasi Gen Z “Saring Sebelum Sharing” dimoderatori oleh Founder & Executive Director ReThinkbyAWR Strategic Partnership sekaligus Managing Director Diesel One Solidarity, Ayuningtyas Widari Ramdhaniar.

"Jadi kami ini memiliki program yang berkelanjutan diantara program satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan. Intinya adalah program bersamaan yaitu di berbagai aspek dengan ruang lingkup kerjanya itu kesehatan, kesetaraan gender dan pemenuhan hak asasi manusia dalam bentuknya edukasi," kata Ayuningtyas Widari Ramdhaniar.

Ia menambahkan, tujuannya adalah untuk tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. "Ke depan, kita berharap akan semakin banyak lagi kolaborasi antara satu dengan yang lainnya baik itu lembaga negara maupun non pemerintah," lanjutnya.

"Ke depannya kita akan bikin rencana web series tentang HIV AIDS, kita juga mengajukan kepada Dirjen Lapas ya permasyarakatan untuk adanya penjara untuk transgender, jangan sampai pemenuhan hak asasi manusia kalangan mereka itu dilupakan ketika transpuan itu melakukan kesalahan dan harus dipenjara ketika dipenjara laki-laki kan itu kesalahan yang fatal dan bisa dibully itu bahaya. Hal itu yang harus dipikirkan oleh negara mungkin diuji coba membuat lapas untuk transgender," imbuh Ayuningtyas Widari Ramdhaniar.

"Jadi intinya adalah ReThink by AWR terbuka menjalin kolaborasi berupa ide gagasan fund raising dalam bentuk apapun yang pasti making others better ya, sesuai dengan tagline kita memastikan untuk bisa meninggalkan legacy untuk anak cucu cicit kita ke depannya, meninggalkan Indonesia yang lebih baik yang kita perjuangkan saat ini," ujarnya memungkasi.